Za…
Ada sesal di sini
ketika ruh kita tak saling bercumbu lagi
dalam persaudaraan yang sengaja kita cicipi
setelah dicipta sendiri
Aku menyesal tak bisa menyatukan suaraku dengan kemerduanmu
bahkan dunia tak seperti biasa merelakan kita untuk bertemu
sama halnya kepedihan kumbang yang menangis kehilangan madu
menetaskan sembilu di setiap belaian bulan dan matahariku
Za…
Ada sepi di hatiku
saat kudamba tubuhmu yang kini sudah sempurna menjadi batu
dalam kebencian yang menetap di sudut-sudut langkahmu
pada kekhilafanku yang sebenarnya terpaksa harus menyebutmu musuh
dalam ragu
Aku sepi tak bisa memanggil nama indah yang kau kenakan
sampai akhirnya kudapati sebuah petang dan secangkir kesunyian
begitulah kesendirianku yang tambah hari semakin ditimbun sangsai
segala tawa diam-diam dihanyut sungai
Za…
Ada mimpi dalam jiwa
setelah kusadari betapa bangkainya perpisahan di antara kita
cerai sapa, cerai setia, tak dapat menghilangkan prahara seperti
yang kukira
melainkan aku terbius pada gulita atau terbunuh di ruang hampa
Aku bermimpi untuk menyatakan doa yang telah kupersiapkan
tentang kata maaf semisal permohonan ampun dari hamba kepada Tuhan
agar hati kita berdekap kembali dalam kedamaian
lalu bersama-sama dengan keindahan menuju sebuah keabadian
Ternyata, Za…
mengusir ronamu adalah rindu
melekat dalam nafasku
menyihirku menjadi kaku dan lugu
maka kabulkanlah!
kau masih ingin memelukku, bukan?
aku salah kuakui sudah
semoga kau bisa mengamininya kemudian
Sumenep, 2013.
Catatan:
Puisi ini terpilih
sebagai Juara 1 Lomba Cipta Puisi Spontan Tingkat Umum Se-Kabupaten Sumenep (PP. Agung
Damar, Pragaan 2013).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar